Hujan yang terjadi sejak pukul 14.30 WIB di hampir seluruh wilayah Lampung termasuk Kota Bandar Lampung membuat genangan air tak terkecuali di jalan protokol kota seperti Jalan ZA.Pagar Alam, Jalan Pangeran Antasari, By Pass Soekarno-Hatta,
Lalu di Jalan Yos Sudarso, Panjang, Jalan Pramuka, Kemiling, hingga gang Taurus Rajabasa Bandar Lampung.Kendaraan yang melintas pun harus ekstra hati-hati untuk menghindari mobil terseret arus atau bahkan mati mesin.
Agus (44) warga Way Lunik, Panjang menuturkan, hujan membuat banjir di sepanjang jalan Yos Sudarso tepat di Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung dan berdampak pada kemacetan.
“Tadi sih banyak motor mogok karena tinggi banget airnya, truk-truk juga pada stuk di jembatan gak berani melaju karena banjir,” katanya.
Agus khawatir jika hujan belum juga berhenti, kemungkinan besar pemukiman warga juga ikut terdampak banjir tersebut.
“Ini masuk PT aja udah setinggi ini, bisa-bisa masuk ke rumah warga kalau terus ujan,” kata dia.
Selain itu, dirinya mendapatkan informasi bahwasanya beberapa rumah kini sudah tenggelam akibat banjir.Bahkan ada satu mobil ikut terbawa hanyut oleh arus banjir.
“Way Lunik sana lebih parah kabarnya, rumah sampai tenggelam, mobil kalau gak salah itu ada yang hanyut,” ujar Agus.
Camat Panjang Hendri Satria, membenarkan adanya hal tersebut. Ia mengungkapkan jika pihaknya kini tengah berjaga di lokasi tersebut.
“Betul di pelabuhan panjang, tapi mudah-mudahan segera surut,” kata dia.
Ditanya berapa jumlah KK yang terdampak banjir, dirinya menyebut harus memeriksa dahulu.”Belum tahu kalau rumah warga, saya cari tahu dulu ada tidak yang terdampak,” ucapnya singkat.
Sementara itu, BMKG Lampung telah mengeluarkan peringatan dininya terkait status awas banjir di Bandar Lampung yang berlaku hingga pukul 19.15 WIB.
“Saat ini curah hujan di Kota Bandar Lampung telah mencapai 97.4 mm dan diprediksi akan terus bertambah. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat diperkirakan masih akan berlangsung hingga 2 jam ke depan,” ujar Kasi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudy Haryanto.
Sementara, Benny N.A. Puspanegara, pemerhati kebijakan hukum dan pelayanan publik, menilai bahwa banjir yang terjadi bukan semata-mata disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, tetapi juga akibat kombinasi perubahan iklim dan kurangnya perencanaan tata kota yang berkelanjutan.
“Perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan intensitas hujan ekstrem, tetapi kerusakan lingkungan seperti deforestasi, pembangunan yang tidak terkendali, serta sistem drainase yang buruk memperparah situasi, ” ujarnya saat dikonfirmasi, Sabtu (18/1/2025).
Ia juga menyoroti pentingnya pengelolaan tata kota yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim. Menurutnya, pemerintah kota Bandarlampung, khususnya Walikota perlu segera mencari solusi, melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem drainase perkotaan, memperbanyak ruang terbuka hijau, dan memperketat regulasi pembangunan di wilayah rawan banjir.
Benny menegaskan pentingnya kolaborasi masyarakat dalam menjaga lingkungan. “Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan juga harus ditingkatkan. Hal sederhana seperti ini berdampak besar terhadap kelancaran aliran air,” tambahnya.
Ia berharap pemerintah Provinsi Lampung dan Kota Bandarlampung segera bersinergi untuk menerapkan solusi jangka panjang. Perlu ada perencanaan komprehensif untuk mencegah banjir secara berkelanjutan, bukan hanya mengatasinya saat sudah terjadi,” tutupnya.
Banjir yang berulang kali terjadi, menurutnya, adalah cerminan dari kurangnya ketahanan lingkungan dan sistem perkotaan. Langkah konkret diperlukan segera untuk melindungi masyarakat dan memitigasi dampak yang semakin luas di masa depan, ” tutup dia. (Bayu/Erlan)