Banyak Menuai Kritik, Festival Krakatau Juga Minim Kearifan Lokal

“Tidak mencerminkan Memberikan suatu kreasi-inovasi sebagai wujud upaya nyata pelestarian budaya”

PAMUNGKAS INDONESIA.ID, LAMPUNG – Perhelatan Festival Krakatau tahun ini minim kearifan lokal. Padahal pelestarian budaya dalam kehidupan masyarakat modern saat ini merupakan suatu hal yang patut mendapatkan perhatian semua pihak, terutama budaya lokal yang mengandung nilai-nilai luhur.

Seharusnya, pemerintah maupun elemen terkait. Memberikan suatu kreasi-inovasi sebagai wujud upaya nyata pelestarian budaya yang ada di Provinsi Lampung.

“Namun sayang dalam perhelatan Festival Krakatau kali ini, banyak masyarakat yang tidak memahami esensi dan tujuan penyelenggaraannya. Nilai-nilai kearifan lokal dalam Festival ini ada sebagian masyarakat yang menuai persepsi bahwa ini hanya Festival budaya dan pasar malam. Tidak mengenal sejarah Gunung Krakatau.

“Bahkan kegiatan yang menelan dana ratusan juta justru banyak menuai kritikan dari warga.

Festival Krakatau yang menampilkan kirab Budaya Topeng justru menuai kritik warga Lampung,pasalnya dari penampilan peserta rata-rata tidak menampilkan kearifan loKal hanya beberapa saja yang mereprestasikan budaya Lampung yakni Topeng Sekura dari Lampung Barat dan Tuping Dari Lampung Selatan. Selain dari Sekura dan Tuping, rata-rata penampilan peserta hanya menggunakan topeng kolaborasi yang justru bentuknya aneh-aneh, tidak mencerminkan budaya Lampung

Dari pantauan, Bahkan terlihat peserta dari salah satu intansi menampilkan parade sejumlah Wanita Lampung yang menggunakan Baju Adat Pepadun namun menggunakan topeng, hal yang aneh karena dalam penggunaan baju adat Pepadun tidak ada penggunaan topeng.

Selain itu penampilan salah satu instansi yang diunggah Plh Kadis Kominfotik Lampung dalam akun tiktok @achmadsaefulloh69 terlihat sejumlah wanita menampilkan tradisi Nyubuk Majeu namun menggunakan topeng.

“Nyubuk majeu itu memang budaya Lampung, namun cukup menggunakan penutup wajah dari sarung dan tidak menggunakan topeng sangat aneh melihatnya,justru bukan artistik namun cenderung merusak budaya local,”cetus Hamzah yang sengaja datang dari Desa Selagai, Lampung Tengah untuk melihat acara tersebut,Minggu (8/7/2023).

Selain mengkritik penggunaan Topeng di penampilan Nyubuk Majeu, Pria asli Lampung ini juga mengaku heran dengan penampilan wanita menggunakan Baju Adat Pepadun lengkap dengan Siger namun menggunakan topeng.

Ia berpendapat hal itu sangat janggal, meskipun Festivak Karakatau bukan acara adat Lampung namun setidaknya tidak membuat warga yang tidak paham dengan budaya Lampung semakin tersesat dengan penampilan yang diluar pakem.

“Yah kalau bisa disesuaikan saja bang, aneh saja melihatnya. Semestinya porsi keariafan local lebih dikedepankan tapi ini justru diberikan asessoris yang sama sekali bertolak belakang dengan budaya Lampung,”sesalnya.

Selanjutnya, malam Puncak acara pun tidak ada unsur budaya lokalnya. Hanya menampilkan konser. “Ini Festival konser apa Festival budaya atau sebaliknya, Festival Krakatau, ” Aneh iya, ” tutup dia

Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung, Bobby Irawan saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu mengakui jika Festival karakatau akan diisi dengan Festival budaya Topeng dan peserta boleh memakai topeng apa saja meski bukan kearifan local.

Bobby mengakui jika budaya topeng yang terkenal hanya Sekura dan Tuping oleh sebab itu Ia menyarankan peserta bebas berkreasi memakai topeng saat cara tersebut

“Silahkan pakai topeng apa saja pakai topeng Doraemon pun boleh karena ini namanya festival budaya topeng, selain dari Topeng Sekura dan Tuping nanti juga ada nyubuk majeu,”singkat Bobby.

Namun kebanyakan dari peserta rata-rata menggunakan topeng kreasi yang tidak mewakili budaya Lampung selain dari Sekura dan Tuping

Diketahui Pemprov Lampung melalui Dinas Pariwisata setempat menggelar kirab budaya topeng dalam Festival Krakatau di Jalan Sultan Agung, Bandar Lampung, Lampung, Sabtu (8/7/2023). Karnaval yang diikuti 3.000 pelajar dan mahasiswa se-kabupaten kota di Provinsi Lampung tersebut merupakan rangkaian dari Festival Krakatau 2023 yang menjadi kalender tahunan pariwisata Provinsi Lampung.

Lampung hanya mengenal Topeng Sekura dari Lampung Barat dan Tuping dari Lampung Selatan sedangkan nyubuk majeu tidak termasuk dalam budaya topeng.

Nyubuk majeu biasanya dilakukan pada malam hari yang dilakukan oleh ibu-ibu atau gadis, setiapa keluarga mempelai diharuskan memakai penutup wajah (sarung) yang hanya terlihat matanya saja. (Bay/*)

 

 

 

BACA JUGA:  Hanya Dibatasi, Sejumlah Wartawan Dilarang Masuk Pelantikan Tiga Pj. Bupati di Pemprov Lampung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *