LAMPUNG,PAMUNGKASINDONESIA.ID —Penggunaan logo media tanpa izin sebagai media partner yang dilakukan Peneliti Rakata Institute Lampung membuat sejumlah media geram. Seperti yang disesalkan media rilis.id.
Sikap ini memicu reaksi keras dari pimpinan redaksi Rilis.id, Ade Yunarso, yang menganggap tindakan tersebut sebagai bentuk pelecehan terhadap profesi jurnalis. Akibatnya, Rilis.id memutuskan untuk memboikot Rakata Institute sebagai bentuk protes.
Ade Yunarso menilai sikap yang ditunjukan peneliti Rakata itu sebagai arogansi terhadap jurnalis. Juga terkesan memandang sebelah mata terhadap profesi jurnalis.
“Jadi, kita minta turukan logo Rilis.id karena saya nilai melecehkan media kita dan saya menyatakan Rilis.id memboikot Rakata!”kesalnya
Sementara, Peneliti Rakata Institute, Fatih Raftsaal H Kuswanto, mendapat sorotan atas responsnya yang dianggap arogan terhadap pertanyaan jurnalis terkait penggunaan logo tanpa konfirmasi. Dalam grup WhatsApp resmi, Fatih menanggapi pertanyaan tersebut dengan nada yang dinilai tidak profesional, bahkan mengaitkannya dengan persyaratan administratif yang mempersulit akses liputan media.
Dalam percakapan grup WhatsApp resmi Rakata, jurnalis Viva.id Lampung dan IDN Times, menanyakan alasan Rakata menggunakan logo medianya dalam pamflet sebagai media partner.
“Izin bertanya Bang, untuk pemasangan logo, sebelumnya kok enggak ada pemberitahuan ya Bang? Soalnya saya takut ditanya sama kantor Bang, izin bertanya Bang,” tulis Ridwan jurnalis Viva.id.
Namun, pertanyaan tersebut justru dijawab Fatih dengan nada kurang menyenangkan.
“Ya sudah kalau mau dihapus nggak apa-apa, Anda nggak bisa hadir di hari H kecuali Anda membawa surat resmi dari pimpinan,” tulisnya.
“Justru kami membutuhkan surat pengantar dari pimpinan media Anda kalau ingin meliput, jadi jangan di balik-balik Bang. Baik kita tunggu finalnya ya Bang dalam 5 menit,” imbuhnya.
Tak hanya itu, Fatih kembali mengeluarkan pernyataan sinis, “Yang membutuhkan data hasil survei ini Rakata atau media?”
“Kami tidak diberitakan juga tidak apa apa. Tapi masyarakat menunggu berita ini, kesempatan bagi media untuk mengambil posisi,” katanya. (*)