Apa yang disampaikan orang tentang Pak Gubernur Lampung Arinal Djunaidi sukanya marah-marah. Dan tidak bisa menerima kritik. Ternyata salah besar. Beliau (Arinal) itu siap menerima kritik asalkan berdasarkan fakta yang kuat. Dan sisi lain dari Pak Arinal saat mengobrol ternyata “kocak”.
Hal inilah yang di alami teman-teman himpunan Media Kreator Siber Indonesia (M Kreasi) saat melakukan audensi dengan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi di
rumah dinas,biasa disebut Mahan Agung, Selasa (18/7/2023) pukul 10.00 WIB.
Gubernur Arinal mengatakan kalau dirinya memang seperti ini. Dan wajah saya memang seperti ini. Keliatannya saja saya serem dan pemarah. Padahal Saya orang senyum koe. Pernah belum lama ini saya melihat kecermin. Dan memandang wajah saya. Ternyata memang agak serem seperti orang pemarah” tawa Arinal
Suasana mulai mencair, pembahasan peran media dan sebagainya sudah tidak lagi menjadi bahasan yang mendominasi. Mantan Sekdaprov Lampung mulai bercerita.
Awal menjadi PNS, sempat menjadi pengusaha, menjadi pengurus berbagai macam organisasi bahkan viralnya Lampung karena ulah Bima juga menjadi pembahasan, namun secara dewasa, Gubernur mengatakan selalu ada hikmah dari setiap peristiwa. Ia tak mengambil hati dengan kritik membangun, namun akan tidak terima jika kritik cenderung nyinyir dan menyerang pribadi.
Lontaran cerita lucu dari Gubernur mampu mengocok perut kami hingga mengeluarkan air mata, alhasil pertemua dengan Gubernur Lampung lebih banyak petuah dan kisah lucu yang membuat suasana hidup.
“Itu baru dua cerita, apa mau saya ceritakan kisah lucu lagi,”kata Gubernur.
Obrolan semakin mencair dengan cerita dan pengalaman Gubernur saat berkunjung ke salah satu desa di Lampung Tengah, persoalan perburuan Burung Hantu di hamparan sawah serta ketersedian pupuk dan manfaat program Kartu Petani Berjaya.
“Bapak tahu Bupati Lampung Tengah?”
“Tahu,” jawab seorang petani.
“Siapa?”
“Pak Musa,” sambut petani tadi, seraya ditimpali anggukan beberapa rekan petani lain yang sedang rehat di pematang sawah.
“Sudah pernah bertemu?”
“Sudah,” sergah para petani nyaris serempak.
“Kalau Gubernur Lampung, tahu?”
“Tahu.”
“Siapa?”
“Pak Arinal.”
“Pernah bertemu?”
“Belum. Padahal kami kepingin bertemu karena sudah dapat bantuan,” ucap petani tadi.
“Bantuan apa?”
“Kami ini petani kecil, Pak. Lahan juga sempit. Kalau dulu susah buat dapetin bibit dan pupuk. Sekarang sudah mudah. Makanya kalau bisa kesampaian ketemu Pak Arinal saya mau ucapin terima kasih.”
“Kepingin banget ketemu?”
“Iyalah Pak, namanya ketemu sama pemimpinnya, jelas kepingin.”
“Saya sendiri Arinal, Pak.”
Petani itu termangu. Dia tidak segera merespon. Sampai akhirnya seorang rekannya membisikkan sesuatu dari belakang.
“Iya, saya pernah lihat gambarnya. Orangnya mirip. Berarti benar ini Pak Arinal,” ucap rekan petani itu tanpa melepas pandangannya dari orang yang berada di hadapannya.
“Oalahhh….bener iki Pak Arinal, toh. Oalah, Pakkk…,” rasa kaget campur gembira membuncah dari petani itu.
Tapi yang tidak dinyana adalah respon berikutnya. Petani itu beserta ketiga rekannya segera menghambur ke arah Gubernur Arinal. Mereka serta merta mengajak bersalaman. Tak berhenti sampai di situ. Reaksi selanjutnya tanpa sungkan satu per satu petani menempelkan pipinya ke wajah Gubernur.
“Saya sempat kaget juga melihat reaksi bapak-bapak yang spontan seperti itu. Rupanya mereka tidak menyangka saya bisa sampai di sawah mereka. Akhirnya, petani-petani lain yang kebetulan sedang lewat juga ikut berkumpul. Ngobrollah kami di pinggir sawah,” kenang Gubernur.
Dikatakan Arinal, kunjungannya ke pedesaan di Lampung Tengah itu, sebenarnya kebiasaan yang kerap dilakukannya. Turun lapang serupa juga acap kali dijalaninya ke kabupaten-kabupaten lain.
Selain ingin interaksi dengan petani, imbuh Gubernur, dirinya juga hendak melihat langsung pelaksanaan dan manfaat program Kartu Petani Berjaya di lapangan. “Saya turun ke lapangan dengan rombongan kecil saja dan tanpa publikasi. Saya memang yang meminta,” urai Arinal.
Ditambahkannya, kebiasaan bekerja yang tanpa publikasi serupa itu bukan bermaksud dirinya menghindari insan pers atau media. “Pekerjaan rutin saya sudah kerap diliput media. Tapi tak ada salahnya juga dong kalau ada bagian-bagian pekerjaan lain yang saya lakukan dan tidak mesti diliput serta dipublikasikan. Karena kerja untuk rakyat dan daerah kan memang sudah menjadi tanggung jawab saya. Jadi tidak selalu harus diliput. Sebab esensi yang paling utama adalah manfaat, bukan gembar-gembornya.”
Saat disinggung sikap demikian bisa berdampak tidak konstruktif bila dipandang dari aspek pencitraan, Arinal tidak menampiknya. “Lha, saya kerja kan bukan melulu untuk mendongkrak popularitas semata. Saya kerja menjalankan tanggung jawab sebagai kepala daerah. Tapi memang saya akui dari sekian banyak pencapaian yang sudah kami lakukan selama hampir empat tahun ini, masih kurang diketahui publik luas.
Sebaliknya, ketika ada satu atau dua hal tentang Lampung yang diangkat ke permukaan lalu di-blow-up secara masif, walau cuma dilihat dari bagian ujungnya saja tanpa mengikuti prosesnya, malah tersiar luas. Viral. Tapi tak apa. Saya tidak alergi sama kritikan. Hanya saja akan lebih elok dan bijaksana bila disampaikan secara proporsional dan profesional,” harap Arinal.
Untuk hal tersebut, Gubernur Arinal menimpali, “Kaget ya kalau sesungguhnya saya suka guyon? ya, memang begini saya yang sebenarnya,” akunya seraya tersenyum.
Masih perihal pertanian, Arinal juga menyampaikan kegundahan yang mengusik pikirannya. Salah satunya perihal sikap pemburu yang banyak di perkampungan. Diceritakannya, bersama instansi terkait dirinya pernah menginisiasi melepas burung-burung hantu di sekitar hamparan persawahan yang mengalami gangguan hama tikus dalam skala besar.
Disebutkannya, akibat ulah tikus-tikus di areal persawahan, mengakibatkan tanaman padi rusak. Itu akan sangat berpengaruh terhadap produksi. Bahkan bila dibiarkan terus berlangsung sangat mungkin mengganggu ketahanan pangan di daerah. Untuk itu dirinya bersama satuan kerja menggagas pelepasan burung hantu di titik-titik lokasi yang telah ditentukan.
“Kami lepas banyak burung hantu. Tak sekadar dilepas, kami juga buatkan kandang-kandangnya di sekitar sawah. Tapi keberadaan burung-burung hantu itu tidak berlangsung lama. Sebab banyak pemburu yang menembakinya. Itu sangat disayangkan.
Bukan semata karena burung-burung hantu itu dilepas oleh kami, tapi coba perhatikan dampak akibat perburuan itu. Padi petani jadi kembali terganggu. Para petani yang paling merasakan dampak negatif akibat ulah segelintir pemburu tadi.
Andai kawan-kawan jurnalis dan media bisa ikut membantu dengan memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa upaya pelepasan burung hantu punya manfaat besar. Jadi mesti didukung, jangan malah diberangus,” papar Arinal.
Pada bagian lain Gubernur Arinal menyambut baik keberadaan perhimpunan M-Kreasi yang memiliki tujuan ingin berpartisipasi turut berkontribusi bagi pembangunan di Lampung.
“Mari kita bersinergi. Sekecil apa pun kontribusinya yakinlah pasti akan bermanfaat bagi masyarakat dan daerah,” kata Arinal yang mensuport program kegiatan M-Kreasi dimana agenda terdekat adalah penyusunan buku yang menjadi bagian menggalakkan gerakan literasi daerah, dan disusul Oktober mendatang perhelatan lomba burung kicau berskala provinsi. (Abung/Hendri Std, Bayu)