“Semua capaian ini merupakan hasil kerja keras yang sudah dirancang dengan matang oleh Pemerintah Provinsi Lampung yang melibatkan seluruh stakeholder terkait”
PAMUNGKAS INDONESIA.ID, LAMPUNG – Bappeda Provinsi Lampung menggelar diskusi publik terkait capaian sasaran makro Periode 2019-2022 di Aula Bappeda, Jumat (10/3/2023).
Kepala Bappeda Provinsi Lampung Mulyadi irsan memaparkan bahwa dari sebelas indikator kinerja makro Provinsi Lampung tahun 2022 baru sembilan yang mencapai target, sedangkan untuk dua indikator belum memenuhi target.
“Adapun ke sembilan indikator kinerja makro berhasil mencapai target yakni pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita, tingkat kemiskinan, indeks pembangunan manusia (IPM), indeks gini, nilai tukar petani (NTP), pertumbuhan PAD, kemantapan jalan dan emisi gas rumah kaca. Sementara inflasi dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) belum mencapai target, ” ujar Mulyadi saat menjelaskan di depan forum aula Bappeda.
Mulyadi Irsan mengatakan indikator kinerja mikro yang telah mencapai target tidak terlepas dari sinergi yang kuat semua pihak antara Pemerintah Provinsi Lampung dengan seluruh Institusi terkait bersama seluruh lapisan masyarakat Lampung.
“Semua capaian ini merupakan hasil kerja keras yang sudah dirancang dengan matang oleh Pemerintah Provinsi Lampung yang melibatkan seluruh stakeholder terkait,” kata Mulyadi.
Ia pun menjelaskan secara rinci capaian tersebut, seperti pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun 2022 mencapai 4,28 persen dibandingkan dengan triwulan IV 2023 (yoy) targetnya hanya 3,5 hingga 4 persen saja.
Kemudian, untuk PDRB terbuka dari target 42 hingga 43 berhasil mencapai 45,1. Lalu tingkat kemiskinan tahun 2022 mencapai 11,44 persen. Untuk target yang ditetapkan 11,9 persen hingga 12,4 persen.
“Ini yang orang geleng-geleng kepala. Di tengah pandemi Covid -19 dan gejolak ekonomi, kita masih turun menjadi 11,44 persen, ” klaim Mulyadi
Bahkan, Lampung mendapatkan apresiasi dari Kemendagri menjadi provinsi terbaik ketiga secara nasional yang mampu menurunkan hampir tujuh ribu orang miskin, tambah dia
Mulyadi Irsan melanjutkan, untuk IPM yang awalnya ditargetkan 70 hingga 70,3 berhasil mencapai 70,45 pada tahun 2022.
“Alhamdulillah ini sejarah, Lampung ini anjlok banget dulunya, teman-teman bisa lihat ada pertumbuhan disitu,” ucapnya.
Kemudian, indeks gini yang mencapai 0,313. Untuk targetnya 0,308 sampai 0,324. “Indeks gini ini mencerminkan ketimpangan,” terangnya.
Lalu untuk NTP mencapai 104,3 dari target 102 sampai 103. Demikian pula dengan pertumbuhan PAD yang melebihi target. Dari 5 persen berhasil mencapai 13,63 persen.
“Kemantapan jalan provinsi tahun 2022 sesuai dengan skenario kita 76 persen. Namun berhasil mencapai 76,602 persen,” terangnya.
Terakhir, emisi gas rumah kaca dari target 6,915, tercapai 8,88. “Jadi dari 11 itu yang masuk targetnya ada sembilan,” tutupnya.
Sementara untuk dua indikator yang tidak mencapai target adalah inflasi dan tingkat pengangguran terbuka. Untuk inflasi mencapai 5,51 persen.
“Namun angka inflasi ini masih jauh lebih baik dibandingkan inflasi di beberapa negara di dunia,” ucap Mulyadi
“Kita merencanakan inflasi pada rentang 3±1 persen antara dua sampai empat. Tapi dari target, ini tidak terlalu signifikan,” terangnya
Begitu pula dengan tingkat pengangguran terbuka dari target 4,3 sampai 4,4 persen, namun mencapai 4,52 persen.
“Pengangguran kita memang agak sedikit membesar. Sekitar 0,12 persen dibandingkan target yang kita asumsikan,” sebutnya
“Angka-angka capaian itu menggambarkan pembangunan Lampung pada jalur yg benar on the track dan dapat dimaknai sebagai pembangunan yang inklusif serta mempunyai relevansi yang bagus antar indikator pencapaiannya, ” ujarnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis UNILA Prof.Dr. Nairobi,SE,M.Si, menyampaikan dengan tegas. Indikator kinerja makro ini hasil dari rancangan yang telah kita lakukan.
“Saya selalu mengkritik Pak Gubernur Lampung Arinal Djunaidi. Tapi kritik ini demi Lampung lebih baik lagi, ” ucapnya
Nairobi mengatakan beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian untuk menjaga momentum pemulihan pasca pandemi dan situasi ekonomi global yang di perkirakan mengalami keterlambatan.
“Pentingnya meningkatkan sumber-sumber energi untuk menunjang aktivitas ekonomi seperti penambahan daya listrik. Lalu hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah yang dikelola oleh pelaku ekonomi lokal Lampung, melalui peningkatan industri pengolahan. Selain itu juga biaya logistik yang terkait dengan infrastruktur, ” ungkapnya (Bayumi)